SERAT WEDHATAM PANGKUR

Sejenak Aku termenung mendengar untaian syair sederhana yang mengalun khas dari mulut seorang yang yahh boleh dibilang seusia kakek saya. Suaranya yang serak dan berat menyembunyikan makna yang sangat dalam, lantunan nya kira2 begini nih bunyinya

” tan samar pamoring sukma

sinukmaya winahya ing asepi

sinimpen telenging kalbu

pambukaning warana

tarlen saking liyep alaping ngaluyup

pindha pesating supeno

sumusuping rasa jati ”

Apa yang tersirat di balik kata-kata sederhana tersebut, itu yang perlu digali satu persatu. Katane simbah pituture jaman biyen ki yo ngono kuwi, sitik ning ngemu suroso boso kang adiluhung.

Coba di gagas satu persatu :

tan samar pamoring sukma memiliki arti mampu memisahkan antara nurani dan keinginan /pikiran/ ego pribadi. Yang saat ini orang hampir tidak bisa memisahkan antara nurani dan keinginan ego pribadinya masing-masing, bahkan semakin menipiskan batasan antara nurani dan ego ( trus yok opo rek yen wis koyo ngono kuwi, rak yo dadine keblinger kabeh)

Sinukmaya winahyo ing asepi : kemampuan untuk memisahkan antara nurani dan keinginan ego bisa tercapai bila dalam suatu keheningan (sepi), Sepi ing pamrih rame ing gawe.

Pada jaman yang semakin edan ini, manusia (yang bahasa jawa disebut menungso alias menus sing ngongso-ongso) selalu berlomba untuk mencapai suatu keinginan pribadi tanpa mempertimbangkan arti sebuah nurani. Contoh paling kecil terjadi di masayrakat adalah para pedagang kaki lima yang selalu jadi target operasi satpol PP. sudah miskin dan kerja halal pun di kejar-kejar.

Sinimpen telenging kalbu : jika kesadaran dan kemampuan memisahkan kepentingan raga dan sukma sudah tercapai, simpanlah dalam qalbu (hati), akan terwujud yang namanya pambukaning warana (terbukananya tirai) yaitu anugrah dari Gusti kang Akaryo Jagat (Allah SWT).

K apan hal tersebut akan terjadi tarlen saking liyep alaping aluyup yaitu antara keadaan tidur dan terjaga, pindho pesating supeno anugrah akan datang melesat bagaian anak panah sumusuping raso jati masuk dalam hati sebagai rasa sejati yang di namakan mampu memilah antara nurani dan ego.

6 responses to “SERAT WEDHATAM PANGKUR”

  1. mohon maaf pak ari , ni muja kasih komentar nanti kalau misalnya kurang berkenan, muja minta maaf ya pak. mengenai tulisan diatas…menurut muja sudah bagus…..top lah dan emang kalau urusan bahasa jawa pak ari paling jago….siippp siiipp….kapan-kapan ajari yo pak . he he he
    oya pak sekalian minta ijin copy kata-kata bijaknya ya
    matur nuwun

  2. Sae punika

  3. Suwun Kang MAs

  4. SAE SANGET….MATUR NUWUN

  5. kula simpen niki mas

  6. monggo mas… matur nuwun jempole. niku nggih oleh-oleh saking rencang

Leave a comment